INFERIORITY COMPLEX DALAM FILM VICTORIA AND ABDUL (2017)

  • Erna Susilawati Prodi Sistem Informasi, Universitas Komputer Indonesia, Bandung, Indonesia
  • Nenden Rikhma Dewi Prodi Sastra Inggris, Universitas Komputer Indonesia, Bandung, Indonesia
Keywords: Inferiority complex, penjajah, terjajah, narrator visual, fokalisasivisual

Abstract

Pada tahun 1887 di Inggris, Victoria adalah Ratu yang memerintah di seluruh kerajaan Inggris beserta negara-negara jajahan Inggris, salah satunya adalah India. Pada masa pemerintahannya, orang-orang pribumi dari negara-negara jajahan ditunjuk dan dijadikan sebagai pekerja kerajaan, seperti sebagai pejabat kelas rendah dan juru tulis. Abdul adalah seorang juru tulis di penjara yang memiliki semangat dan talenta yang sangat tinggi. Namun talenta yang dimilikinya ternyata diasumsikan sebagai ancaman bukan hanya bagi keluarga kerajaan juga bagi orang kulit putih setelah Ratu Victoria menunjuknya sebagai munshi atau guru spiritualnya. Fenomena ini menunjukkan bahwa inferiority complex tidak hanya dirasakan oleh orang kulit hitam atau kaum terjajah namun juga dirasakan oleh orang kulit putih. Jadi dalam penjajahan, bangsa yang menjajah dan dijajah dapat bertukar posisi dan hal tersebut dapat dilihat pada film Victoria and Abdul (2017). Untuk mengidentifikasi masalah pada penelitian ini menggunakan film naratologi dari Peter Verstraten (2009) dan teori Personaliti serta tipe personality dari Alfred Alder. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa inferiority complex tidak hanya dirasakan oleh para pelayan atau kelas rendah, namun juga dirasakan oleh kaum borjuis yang dapat dilihat dari visual narrator dan fokalisasi.

Published
2020-05-22
How to Cite
Erna Susilawati, & Nenden Rikhma Dewi. (2020). INFERIORITY COMPLEX DALAM FILM VICTORIA AND ABDUL (2017). Seminar Internasional Riksa Bahasa. Retrieved from http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa/article/view/1051