MENILIK PANTUN BESAOT DALAM TRADISI BEREBUT LAWANG MASYARAKAT BELITUNG

  • Dena Silvia UPI
  • Yeti Mulyati Universitas Pendidikan Indonesia
  • Tedi Permadi Universitas Pendidikan Indonesia
Keywords: pantun besaot, berebut lawang, belitung

Abstract

Artikel ini bertujuan mendeskripsikan Pantun Besaot dalam tradisi Berebut Lawang masyarakat Belitung. Berebut Lawang merupakan tradisi berbalas pantun antara dua perwakilan pengantin dalam pesta perkawinan yang dilakukan ketika pengantin laki- laki hendak mendatangi kediaman calon pengantin perempuan. Metode deskriptif kualitatif digunakan dalam artikel ini. Sumber informasi yang diperoleh berbentuk kumpulan Pantun besaot. Tilikan atas tradisi Berebut Lawang menunjukkan bahwa terdapat tiga tahapan yang harus dilalui oleh pengantin laki-laki dari halaman depan hingga ke depan kamar pengantin perempuan. Untuk melewati tempat tersebut perwakilan pengantin laki-laki harus melakukan Pantun Besaot dengan perwakilan pengantin perempuan. Tempat pertama Pantun Besaot biasanya berisi pantun yang mengenalkan pihakpengantin laki-laki kepada pihak pengantin perempuan. Tempat kedua bermakna salam kepada sang pemilik rumah. Tempat ketiga biasanya berisi pantun untuk memohon izin agar pengantin perempuan keluar kamar. Tiga Tempat atau tiga pintu ini dalam tradisi Belitung merupakan simbol-simbol kewajiban seorang suami yang harus dilakukan terhadap istri ketika mengarungi bahtera rumah tangga.

Published
2023-02-16
How to Cite
Dena Silvia, Yeti Mulyati, & Tedi Permadi. (2023). MENILIK PANTUN BESAOT DALAM TRADISI BEREBUT LAWANG MASYARAKAT BELITUNG. Seminar Internasional Riksa Bahasa, 185-190. Retrieved from http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa/article/view/2630

Most read articles by the same author(s)

1 2 > >>