HITAM, BEDUG DAN TOTOPONG: WACANA KEISLAMAN PADA SEMIOTIKA KULTURAL KAMPUNG ADAT DUKUH
Abstract
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kode-kode kultural yang diwujudkan dalam aktivitas dan atribut budaya masyarakat Kampung Adat Dukuh di Kabupaten Garut. Metode kualitatif diterapkan pada penelitian ini dengan pendekatan teori semiotika Pierce dan bentuk pengetahuan Duranty. Data penelitian diperoleh dari kode-kode kultural tersebut berupa pemakaian warna hitam, alunan bedug, dan totopong (ikat kepala). Ketiga kode kultural tersebut merupakan hasil ornamen dari sebuah sistem tanda. Sistem tanda pada kode-kode kultural ditelusuri berdasarkan proses semiosis (semiotika pragmatis) dalam sistem triadik; representamen, objek dan interpretan. Dari penelusuran terhadap sistem tanda pada kode kultural, dapat dijabarkan kandungan pengetahuan yang dimiliki masyarakat melalui penjabaran bentuk pengetahuan proposisional dan pengetahuan proporsional. Hasil penelitian menunjukkan (1) warna hitam menjadi ciri khas ideologi dari komunitas adat yang menggambarkan bahwa masyarakat menerima seluruh ketentuan Tuhan atau reseptif terhadap kodrat. (2) alunan bedug yang difungsikan sebagai alat menyampaikan informasi tersebut menghasilkan sebuah pengetahuan prosedural (waktu salat atau pengumuman) terhadap masyarakat adat, (3) dan totopong yang memiliki tiga sudut melambangkan resi, rama, dan ratu atau hubungan dengan Allah, manusia, dan lingkungannya. Aktivitas dan atribut budaya di Kampung Ada Dukuh Garut menjadi entitas yang sejalan dengan ajaran agama Islam. Sinergitas antara aktivitas dan atribut budaya menjadi pengetahuan yang diintegrasikan dari nilai-nilai keyakinan Agama Islam. Tiga entitas (agama, adat, dan masyarakat) menjadi sistem triadik semiotika kultural yang kompleks. Sistem tersebut membentuk wacana keislaman pada yang dimiliki masyarakat Kampung Adat Dukuh.