Pembelajaran IPS berbasis HOTS

  • Susilawati Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Serang
Keywords: Berpikir Kritis, Model Pembelajaran berbasis Masalah, Pembelajaran IPS berbasis HOTS

Abstract

Proses pembelajaran IPS di kelas V SDN Palanyar diperoleh gambaran bahwa proses pembelajaran IPS belum optimal, karena kenyataan di lapangan pembelajaran IPS di SDN Palanyar masih bersifat monoton, dimana siswa lebih banyak menerima pengetahuan atau materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Seolah-olah siswa diharuskan menghapal begitu banyak informasi, dengan demikian siswa bersifat pembelajar pasif tidak dibiasakan berpikir kritis/ Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTs) dalam menghadapi pelajaran di kelas. Hal tersebut tidak terlepas dari metode mengajar yang diterapkan yang di kelas dengan metode ceramah , padahal berdasarkan kurikulum satuan tingkat pendidikan (KTSP) tujuan Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat,
memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat (Depdiknas: 2007). Berdasarkan latar belakang belakang di atas, maka tujuan penelitian ini adalah 1. Mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa dalam Pembelajaran IPS berbasis HOTs dengan menggunakan model Pembelajaran berbasis masalah di SDN Palanyar?. 2. Mendeskripsikan hasil belajar IPS berbasis HOTs dengan menggunakan model Pembelajaran berbasis masalah di SDN Palanyar?.Proses penerapan model dalam pembelajaran ini berfokus kepada Penelitian Tindakan Kelas (PTK), model Kemmis dan McTaggart yang terdiri dari empat komponen, yaitu (1). Perencanaan (planning), (2). Tindakan (action) (3). Observasi (observation), dan (4). Refleksi (reflection). Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa metode pembelajaran berbesis masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga proses dan hasil belajar siswa akan lebih baik. Hal ini dibuktikan dari data yang didapat, menunjukan peningkatan yang signifikan pada setiap siklusnya. Dari mulai siklus I hanya 39,5 % siswa yang mampu berpikir kritis meningkat menjadi 61% di siklus II dan di siklus V meningkat lagi menjadi 80,5 % siswa yang mampu berpikir kritis dari sejumlah 30 siswa dan hasil belajar siswa juga meningkat sebesar 5,1 pada pra siklus, setelah diberi tindakan pada siklus pertama diperoleh nilai 6,3
; pada siklus kedua meningkat sebesar 7,1 ; dan pada siklus tindakan ketiga meningkat lagi sebesar 8,4.Pada akhir peneliti ini merekomendasikan bahwa untuk merangsang timbulnya masalah-masalah dari siswa, guru harus memikirkan suatu kegiatan eksplorasi yang akan dilakukan oleh siswa, agar siswa mempunyai gagasan untuk mengemukakan pendapat dan mengajukan pertanyaan terhadap materi yang diajarkan,  menumbuhkan keberanian seluruh siswa dalam menggunggkapkan masalah, guru harus memberikan penguatan kepada siswa yang bertanya.

Published
2016-12-25