Kajian Awal Instrumentasi Pengamatan Antariksa untuk Observatorium Nasional Timau di Nusa Tenggara Timur
Abstract
Undang-undang No. 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan mengamanatkan penguasaan sains antariksa yang meliputi tetapi tidak terbatas pada kegiatan penelitian cuaca antariksa, lingkungan antariksa, dan astrofisika. Sarana untuk penelitian antariksa yang dapat digunakan dan dikembangkan salah satunya adalah fasilitas observasi ruas bumi (ground-based observation). Pembangunan Observatorium Nasional di Gunung Timau Nusa Tenggara Timur adalah salah satu perwujudan amanat Undang-undang Keantariksaan tersebut. Pengamatan utama yang dikembangkan di Observatorium Nasional adalah pengamatan astronomi yang berbasis optik dan radio. Pengamatan lain yang dapat dikembangkan di lokasi ini adalah pengamatan cuaca antariksa. Pendekatan yang dilakukan adalah kajian awal terhadap beberapa instrumentasi pengamatan antariksa berbasis radio mengingat lokasi ini kelak adalah suatu lokasi yang harus tenang dari gangguan interferensi radio (radio quiet zone), yang harus bebas dan dijaga dari berbagai sumber interferensi radio. Pengukuran awal yang pernah dilakukan menunjukkan lokasi Gunung Timau masih terbebas dari interferensi radio sehingga sangat baik untuk pengamatan antariksa berbasis radio. Kajian kelayakan instrumentasi ini diharapkan dapat merekomendasikan beberapa instrumentasi pengamatan berbasis radio pasif yang dapat dioperasikan di Observatorium Nasional Timau sesuai persyaratan dan batasan yang ada untuk mendukung penelitian dan pengembangan cuaca antariksa di Indonesia.
Space Law No. 21 year of 2013 mandates the mastery of space science including but not limited to space weather research activities, space environment, and astrophysics. One of the facilities for space research that can be used and developed is the ground-based observation facility. Establishent of the Timau National Observatory in East Nusa Tenggara is to realize the mandate of the Space Law. The main observation developed at the National Observatory is optical and radio-based astronomical observation. Observations that also need to be developed are observations of space weather. The approach method taken is a preliminary study of several passive radio-based space observation instrumention that are appropriate considering that the location of the National Observation must be quiet from radio interferences (radio quiet zones). Measurement that have done shows Mt. Timau is far from radio interferences and suitable for radio-based space observation. Assessment of the reliability of the instrumentats hopefully result a recommendation of several radio-based passive receivers that that would be able to be operated the site according to the requirements and state limitations to support research and development of space weather in Indonesia.