KONVERSI LAMUN TERHADAP PENYIMPANAN BLUE CARBON DI EKOSISTEM PESISIR

  • Haniifa Khansa Mardhiyah Universitas Pendidikan Indonesia
  • Hasnaira Handayani Fauziyah Universitas Pendidikan Indonesia
  • Lulu Robiatul Adawiyah Universitas Pendidikan Indonesia
Keywords: Gas Rumah Kaca, Perubahan Iklim, Tumbuhan Hijau

Abstract

Lamun tumbuh secara luas di daerah intertidal, muara, lautan, dan perairan dangkal. Lamun merupakan tumbuhan laut yang memiliki kemampuan menyerap karbon dioksida dan memproduksi oksigen yang sama dengan tumbuhan darat. Penelitian ini berfokus pada pemahaman tentang bagaimana aktivitas manusia seperti perubahan lahan dan penangkapan ikan merusak ekosistem lamun dan mempengaruhi kemampuannya untuk menyerap karbon biru.Metode penelitian yang diterapkan berupa penelitian kepustakaan dan semua data dikumpulkan dari artikel, jurnal, buku, atau sumber lainnya. Metode ini dapat memberikan informasi tentang manfaat ekosistem lamun sebagai upaya pencegahan dalam mengatasi perubahan iklim (gas rumah kaca) jika adanya pengalihan fungsi atau aktivitas yang merusak ekosistem lamun.Namun, tidak dapat dipungkiri banyak aktivitas-aktivitas manusia yang dapat merusak kelestarian ekosistem lamun itu sendiri, seperti pengalihan fungsi lahan dan kapal nelayan yang berlabuh di sekitar padang lamun. Dalam hal ini, pengerukan dan penimbunan pantai, polusi dan limbah, baik limbah rumah tangga maupun limbah industri yang dibuang atau memasuki laut bisa membuat padang lamun tidak dapat melakukan fotosintesisPotensi ekosistem yang ada saat ini, yang memiliki kapasitas untuk mengatasi tantangan biologis, menyediakan habitat, dan cadangan karbon dalam rangka mengurangi perubahan iklim. Ancaman terhadap kesehatan ekosistem dalam jangka panjang berasal dari aktivitas manusia seperti pengembangan fungsi lahan, pengurugan pantai, polusi, dan penambangan pasir laut. Kenaikan emisi gas rumah kaca di Indonesia, khususnya dari CO2.

Published
2024-05-26